Jumat, 20 April 2012

Sebuah mimpi buruk bagi para ibu (Review We need to talk about Kevin)


Apa mimpi buruk bagi seorang ibu? Kehilangan anak, atau si anak membencinya, atau orang – orang di sekitarnya membencinya gara – gara ulah si anak, atau gagal dalam mendidik anak, atau si anak sakit hingga cacat karena kelalaian ibu, atau kehilangan suami,  dan mungkin banyak lainnya. Mimpi – mimpi buruk itu merupakan kenyataan yang dihadapi oleh Eva khatchadourian (Tilda swinton) di film We need to talk about.

Eva di film ini digambarkan sedang mengalami depresi berat. Bangun tidur dengan puluhan pil di meja  dan mendengar suara-suara dan bayangan traumatik dari masa lalu. Eva memulai mendapatkan pekerjaan di sebuah travel agent, disebuah kota kecil. Siang itu dia mengunjungi anaknya di penjara. Pertemuan Eva dan anaknya diperlihatkan berlangsung sangat dingin hampir tanpa kata-kata. Kehidupan Eva diperparah dengan tatapan “penuh tanya” dari orang-orang disekitarnya. Eva juga digambarkan tiba-tiba mendapat pukulan, dari orang yang tak dikenalnya, hingga harus kucing-kucingan menghindari beberapa orang yang marah ke dirinya. Kekacauan hidup Eva ini bersumber pada putra pertamanya, Kevin. 

Kevin kecil
Kevin sebenarnya tergolong anak yang cerdas, tetapi entahlah kecerdasannya dia gunakan untuk membenci dan meneror ibunya. Saat bayi, Kevin sering menangis histeris tanpa sebab di dekat ibunya, tetapi tidak didepan ayahnya. Sejak balita, Kevin juga terlihat memiliki resistant yang tinggi saat ibunya memberikan pelajaran mengucapkan kata pertama, berhitung, hingga menggunakan WC.  Kemarahan Kevin kepada ibunya berlanjut kepada adik perempuannya, dia menyebabkan sang adik kehilangan satu matanya. Puncak psikopat Kevin terjadi saat ayah Kevin meminta cerai dari ibunya. Kevin menjadi kalap, dia lalu membunuh ayah, adik, guru, dan teman-teman sekolahnya secara membabi buta, yang menjadi awal kacaunya hidup Eva.

Entah kenapa dengan kesehatan jiwa Kevin. Dia mendapat perlakuan dan pendidikan secara normal.  Ibunya memang pernah berucap bahwa Kevin bayi membuat kehidupan sang ibu menjadi buruk, karena frustasi melihat Kevin bayi terus menangis dan melempar makanannya. Ibunya juga pernah di puncak emosi membanting Kevin kecil hingga mengalami patah tulang, tetapi secara keseluruhan, sang ibu berusaha mati-matian mendapat hati sang anak dan berusaha menjalin hubungan yang sehat. Di akhir film, Eva kembali menanyakan alasan Kevin melakukan semua hal psikopat itu, dan hanya dijawab : “bahwa dulu dia merasa punya alasan, tetapi sekarang dia tak yakin lagi dengan alasan itu.” Jawaban yang menyisahkan tanda tanya besar bagi yang penasaran dengan apa yang telah terjadi.

Tilda swinton & 3 aktor pemeran Kevin
Film We need to talk about Kevin  diadaptasi dari novel berjudul sama karya Lionel shriver. Tilda swinton berhasil membawakan peran ibu yang sangat frustasi melihat kehidupan anaknya. Atas perannya di film ini Tilda swinton banyak mendapatkan penghargaan best actress, dari berbagai festival film. Sayangnya penampilan Tilda swinton ini justru terlupakan oleh Oscar. Acungan jempol juga diberikan departemen cast yang berhasil menemukan 4 talenta yang hampir sempurna membawakan karakter Kevin. Karakter Kevin disini hanya perlu memandang, atau berbicara satu dua kalimat untuk membuat kita frustasi melihat kelakuannya, sekaligus memberikan kejutan saat dia menunjukkan sisi humanisnya. Satu adegan di buku yang tak tergambar di film yang menurutku bakal jadi satu titik balik yang sangat berarti bagi karakter Kevin, yaitu : permintaan maaf Kevin kepada sang ibu. 

Walau menceritakan kehidupan seorang psikopat, film ini menjauhi area kekerasan. Sang sutradara fokus menghadirkan berbagai ekspresi emosi, frustasi, penyesalan, dan kegagalan, yang ditampilkan dengan sangat bagus. Sayangnya bagi beberapa orang yang selalu menginginkan sebuah drama dengan “intensitas tinggi” dalam film, akan kecewa dengan film ini. Scene film ini juga sering berpindah dari masa depan ke masa lalu secara acak, menuntut para penontonnya lebih jeli menyusun adegan yang ditampilkan.

Nilai : 2,5 dari 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar