Kamis, 28 Mei 2015

89 Menit Rasa 7 Hari (Review Film 7 Hari Menembus Waktu)

Suatu waktu, Saya pergi ke bioskop dan memilih 1 buah film secara random untuk saya tonton. Dengan alasan "memiliki waktu tayang yang tak membuat saya menunggu terlalu lama" maka saya putuskan untuk memilih film 7 hari menembus waktu. Saya tak pernah mengetahui jenis film seperti apa yang saya tonton ini, tapi entah mengapa saya memiliki perasaan buruk begitu memasuki ruangan bioskop.

... dan perasaan buruk saya pun terwujud saat di layar muncul nama sang sutradara : Nayato Fio Nuala. 

FIlm 7 Hari menembus waktu bercerita tentang Marisa (Anjani Dina) seorang gadis semata wayang pengusaha kaya raya yang selalu mendapatkan apapun yang ia inginkan. Alhasil, Marisa menjadi seorang gadis SMA yang manja dan bertingkah sangat menjengkelkan. 

Cerita berlanjut saat Marisa menemukan sebuah lukisan di lorong sekolah SMA (naruh lukisan di lorong sekolah, apa gak takut dicoret-coret anak SMA ya?) lengkap dengan judul lukisan dan khasiatnya (minus siapa yang melukis). Lukisan ini membawa Marisa ke tahun 1994. Sebagai generasi 2015, Marisa terkejut dan bingung melihat becak tahun 1994, sama bingungnya seperti saya melihat seseorang pemuda SMA yang akan bunuh diri di tangga penyeberangan yang ramai.

Lalu munculah sebuah misi untuk Marisa agar bisa kembali ke masa depan dan dimulailah petualangan si gadis manja untuk menolong si korban bully, William (Teuku Rasya) untuk mendapatkan gadis impiannya, menjadi pemberani dan membantu dia beradamai dengan tantenya. Jangan terlalu banyak bertanya mengapa pada rentetan adegan-adegan nan absurd di sepanjang film ini, karena seperti kata Marisa, itu akan mengurangi keasyikan dalam menonton film. 

Para cast film ini tampak bagai sebuah orchestra yang tampil tanpa dirigen. Untuk bisa kompak mereka menampilkan karakter klise yang nyaris sama. Perhatian saya tertuju pada tokoh utama film ini : Anjani dina. Dia berhasil mengeksekusi keinginan sang sutradara untuk membuat sang penonton merasa sebal dengan karakter Marisa. Saking bagusnya eksekusi ini, kita juga merasa sebal dengan semua tokoh yang ada di dalam layar. Tak hanya itu, Marisa berhasil menangkap apa yang penonton rasakan sepanjang film, yang dia ungkapkan untuk tahun 1994 : Membosankan! Saya sampai berkali-kali melirik ke jam untuk memastikan durasi film ini tak lebih dari 89 menit bukan 7 hari.

Rating : 0/5