Senin, 26 November 2012

Potret (Impian) Kehidupan Sosial Modern Indonesia (Review Film Arisan 2)

Sembilan tahun yang lalu Nia dinata menghadirkan film Arisan!. Sebuah film yang seakan mengkritik kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang mulai berkembang kearah pencitraan & kehidupan palsu. Film arisan juga mengenalkan nilai-nilai “baru” tentang tampil apa adanya, dan bebas berekpresi ke kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Sebuah nilai yang mencoba diberikan di saat masyarakat Indonesia sedang merekronstruksi kehidupannya setelah lepas dari orde baru. Menghadirkan kontroversi, tetapi Film Arisan! tetap dipuji banyak kritikus dengan meraih 6 Piala Citra utama (film terbaik, sutradara terbaik, aktor terbaik, aktris terbaik, pemeran pembantu pria terbaik & pemeran pembantu wanita terbaik). 

Walau film arisan tampil cerdas & segar, tetapi saya tidak bisa menikmatinya, karena masih shock dengan “budaya baru” yang diperkenalkan. Awalnya saya menilai film ini mengajarkan kebebasan yang tergolong kebablasan, untuk ukuran saya yang waktu itu masih lugu & terdoktrin nilai-nilai masyarakat konservatif. Di sana saya menjadi saksi sebuah sejarah dimana 2 pria bisa berciuman di sebuah film layar lebar. Film Arisan 2 juga memberikan ending tak biasa bagi Film Indonesia, dimana di akhir film aktris utama harus bersama pria pujaanya. Di film Arisan, si aktris utamanya harus merelakan pria pujaanya untuk memilih sahabat prianya.

Sembilan tahun telah berlalu, saya sudah cukup lama meninggalkan area keluguan. Melalui berbagai film layar lebar dan serial saya melahap berbagai bentuk kebudayaan dari seluruh dunia dari dari berbagai zaman. Serial-serial TV favorit saya seperti Modern family, Glee, Will & grace membuat saya tidak shock lagi melihat 2 pria berciuman, atau berbagai kehidupan bebas lainnya. Hal ini membuat saya berfikir, saya sudah cukup kuat iman disuguhi model kehidupan dari sekuel film Arisan. Tetapi ternyata saya salah, mereka hadir kembali membuat saya terbengong-bengong dengan gaya hidup berlabel free spirit.

Sakti - Nino - Lita - Octa - Andien (Arisan 2)
Di sekuel film arisan kita akan diajak melihat perkembangan kehidupan geng arisan. Sakti & Memei sudah menjadi arsitek handal. Meimei (Cut Mini) membesarkan anaknya (taluh) seorang diri. Sakti (Tora sudiro) tak lagi menjalin hubungan dengan Nino (Surya saputra), walau keduanya masih punya perasaan saling suka. Sakti memilih menjadi “pria simpanan” seorang pengusaha paruh baya yang beristri. Nino masih aktif memproduksi film-film bertema gay, dan menjalani sebuah hubungan dengan seorang “brondong” bernama Octa (Rio dewanto). Suami Andien (Aida nurmala) sudah meninggal, dan dirinya lebih suka “berpetualang” dengan pria-pria kaya. Lita (Rachel maryam) dengan berbagai aksi kontroversinya seperti pembela kaum gay, punya anak di luar pernikahan,dll mencoba memasuki partai politik untuk maju sebagai anggota dewan.
Cerita bergulir saat meimei menderita penyakit kanker stadium akhir, berbagai prosedur medis telah dijalani, tetapi penyakitnya kian parah. Tak mau membebani sahabat-sahabatnya, dia pun merahasiakan penyakitnya dan diam-diam mengikuti terapi yang dijalankan Dokter Tom (Edward gunawan) di suatu pulau terpencil di sekitar Pulau Bali.

Akhirnya Sakti mengetahui rahasia Meimei, dan menyusulnya bersama teman-temannya sebagai bentuk dukungan. Meimei sendiri, seperti menemukan dunianya melalui rangkaian terapi yang dijalankan Dokter Tom, melalui keindahan Indonesia termasuk melalui ritual waisak di Borobudur, serta melalui hubungan anehnya dengan Dokter Tom-Molly.
 "Teman akan selalu datang dan pergi, tetapi teman sejati akan selalu ada di hati"
Film Arisan 2 hadir tidak hanya menyampaikan kabar geng Arisan saja. Mengikuti pakem pertama, film Arisan 2 diisi kritik kehidupan sosial yang ada sambil menyelipkan sebuah nilai baru alternatif (yang lagi-lagi buat saya terbengong-bengong). 

Arisan 2 dipenuhi berbagai protes & parodi kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang sampai saat ini masih belum menemukan karakternya. Simak saat sebuah organisasi keagamaan yang memprotes festival film gay besutan Nino, walau festival film ini sudah lama diselengarakan. Lalu ada pula para-sosialita yang menolak tua & berupaya tidak terlihat miskin. Simak pula seorang politikus busuk yang bicara tentang kebudayaan Indonesia. Lalu ada pula seorang penulis yang anti kemapanan tetapi harus hidup dengan menulis biografi para sosialita. Semua seperti curahan uneg-uneg dari sang penulis yang telah lama tertahan. Berbeda dengan arisan pertama, “scene-scene protes” ini walau masih tampil segar dan menohok, tetapi entahlah tidak bisa mendukung bangunan cerita utama Arisan2. Sehingga film ini terasa berbicara panjang lebar dan bagi sebagian penonton akan terasa membosankan.

Tak hanya mengkritik kehidupan sosial masyarakat, lagi-lagi film ini menghadirkan sebuah gaya hidup yang boleh saya bilang sebagai kehidupan sosial masyarakat muda modern Indonesia. Geng arisan, walau sibuk dengan urusannya masing-masing, masih bisa meluangkankan waktu untuk berkumpul bersama, hanya untuk bertukar cerita, pendapat, pandangan, curhat ataupun tertawa bersama. Saat bersama geng arisan bebas mengutarakan isi hatinya, dengan mengkritik tanpa menghakimi, berpendapat tanpa mendikte. Sebuah model interaksi yang tidak asing bagi yang sudah akrab dengan serial friends atau serial yang masih berjalan how I met your mother. 

Hubungan unik pasien-dokter
Gaya hidup yang membuat saya terbengong-bengong di film Arisan 2 ini bukan gaya kongkow mereka, tapi gaya hidup free spirit. Simak saat kita diajak mengikuti pencarian Meimei tentang kedamaian dengan menghilangkan batas-batas bernama Agama. Simak pula hubungan Dokter Tom – Molly – Meimei untuk memberikan pengalaman indah sebelum waktunya tiba. Lalu ada scene makan bersama bersama antara seorang pria paruh baya dengan 2 istrinya plus pria simpanannya. Film arisan 2 memang tidak memberikan penghakiman benar-salah terhadap gaya hidup yang mereka hadirkan, tetapi tetap saja membuat saya terbengong-bengong dalam mengartikannya. Mungkin saya masih terlalu konservatif, seperti saya dulu melihat film Arisan!. Yang membuat salut terhadap semua bentuk kehidupan sosial modern yang ditampilkan disini adalah mereka menghadirkannya tanpa menghilangkan karakter Indonesia.
 "Mungkin karena Tuhan memberikan waktu secara cuma-cuma, kita jadi lupa untuk menikmatinya"
Mengenai cast, rasanya mereka sudah cukup akrab dengan karakter yang dibawakan masing-masing, mengingat film ini pernah punya serial. Masing-masing pemain bermain lepas, dan sukses menjalani transformasi karakter. Rachel maryam mulus membawakan karakter Lita yang dulu ceplas-ceplos dalam memberikan kritik kepada orang-orang disekitarnya, berubah menjadi seorang yang ceplas-ceplos memberikan kritik sosial ke masyarakat (Sambil mengingat karir politik Rachel maryam). Cut mini juga tampak melebur dalam karakter Meimei yang dari seri pertama sudah menjadi pesakitan, dan disekuelnya terlihat tampak lebih tegar atau lebih tepatnya “pasrah”. Surya saputra masih menghadirkan karakater Nino yang dulu, yang selalu tampil kalem & bijaksana yang lagi-lagi harus ngemong pacar cowoknya. (Saya sendiri tak sanggup membayangkan punya pacar cowok, apalagi manja … kalo cewek manja itu imut tapi cowok manja?..... pasti dah kugamparin #eh keluar darksidenya)

Saya sendiri kurang sreg dengan penampilan Tora sudiro disini, atau mungkin lebih tepatnya karakter Sakti. Karakter Sakti di Arisan 2 hadir bertentangan dengan image yang diusung film Arisan yang pertama, bahwa gay tak harus kemayu. Bagi penggemar Rio dewanto film ini akan menghadirkan sisi lain Rio yang bahkan tak pernah anda bayangkan.
Nilai : 2 dari nilai max 5

Kamis, 08 November 2012

Boys Will Be Boys (Review Film Ted)


Pernah dengar ungkapan “Boys will be boys?” Suatu ungkapan yang mengingatkan bahwa seorang anak laki-laki akan tetap terus menjadi anak-anak berapapun umurnya. John bennet (Bretton marley) adalah seorang seorang anak yang kesepian tanpa anak yang mau berteman dengannya, tidak diceritakan latar belakang kenapa John kesulitan diterima oleh komunitasnya. Sehari-hari John yang kesepian hanya ditemani boneka Teddy bear hadiah natal orang tuanya. Mendadak keajaiban datang, tiba-tiba saja boneka teddy bear itu bisa berbicara. Dalam waktu singkat boneka bicara ini mendadak terkenal, hingga waktu pun berjalan.

Cerita kemudian melompat saat John bennet (Mark Walberg) telah berumur 35 tahun dan tinggal bersama sang pacar Lori Collins (Milla kunis). Lory adalah seorang wanita mandiri, memiliki karir yang cukup bagus,dan …  sekilas kehidupan dengan John-Lori ini terlihat sempurna, tetapi John masih ditemani boneka Teddy bearnya.
[Thunder song] When you hear the sound of thunder/ Don’t you get too scared/ Just grab your thunder buddy / And say the magic words/ F*ck you thunder/ You can suck my dick/ You can’t get me thunder/ Cause you’re just God’s fart/
Best scene : Thunder song
Memiliki boneka Teddy bear (Seth McFarlan) yang bisa bicara itu lucu, tetapi apa jadinya jika boneka ini tumbuh bersama kita?. John menjadi “tak bisa dewasa”, ia tak bisa berkomitmen, tak punya arah & tujuan hidup, dan tak tahu arti bertanggung jawab. John lebih suka menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang dengan bonekanya dan masih hidup dengan karakter-karakter fantasi masa kecilnya. Lory yang sudah merasa jengah dengan kehadiran Ted memberikan pilihan John untuk memilih dirinya atau Ted. 

Alhasil, aksi kejar-kejaran untuk menyelamatkan Ted dari seorang psikopat (Giovani ribbisi), mengingatkan Lory bahwa walau John tak bisa hidup tanpa dirinya, tetapi memaksa seorang pria meninggalkan masa kanak-kanaknya sama seperti mencabut separuh hidupnya.Sayangnya aksi kejar-kejaran ini menjadi anti klimaks film

Ted : Wow, look at you! Half muslim, half American and you sold 37 million records!
Norah jones : Actually, I’m half Indian, but thanks.
Ted : Thanks for 9/11
Tak disangka boneka Ted, yang lucu dan imut-imut berceloteh sarkasme yang mungkin tidak bisa diterima oleh semua orang. Kekurangajaran celotehan Ted, ini membuat bioskop memberikan peringatan bahwa film ini khusus dewasa (jarang terjadi di bioskop Indonesia). Kekuatan film ini ada pada Ted, guyonan sarkasnya menyegarkan semua scene, yang sebenarnya sudah menjadi ciri khas skenario buatan Seth McFarlan (Family guy). Film ini juga bisa jadi ajang nostalgia bagi para pria berumur 30an dengan karakter idola masa kecil mereka seperti Flash Gordon, dll
John : I’ll walk, I might get raped but if I do I’ll know it’s my fault because of what I’m wearing
John - Lory
Untuk cast, saya tidak bisa membayangkan actor lain yang bisa menggantikan posisi mark whalberg di sini. Perhatikan mimik Mark whalberg yang seakan seperti “bocah tua”. Yang tidak kalah lucunya di film ini adalah suara naratornya (di isi oleh Patrick stewart). Saya cukup kecewa dengan kurang dimaksimalkan potensi karakter 2x antagonis salah satunya yang dimainkan oleh Giovani ribbisi. Akhirnya walau sempat terganggu dengan beberapa guyonan Ted, dan tak suka dengan ending film ini, saya nominasikan film ini sebagai salah satu film komedi terbaik tahun ini.

Nilai : 4 dari nilai max 5

Sabtu, 03 November 2012

Reboot ala James Bond (Review Film Skyfall)

Semua penggemar film James Bond pasti hafal dengan formula dasar Film James Bond. Film aksi agen rahasia Inggris 007 biasa dimulai dengan sebuah krisis, yang menghantarkannya ke sebuah misi rahasia. Dalam menjalankan misinya ini, Bond akan berjumpa dengan Bond Girl, lalu having sex, and kicking badass. Di film Bond yang ke-23 berjudul Skyfall, formula ini dirubah.


Agen MI6 (Millitary Intelegent Section 6) diserang oleh segerombolan orang tak dikenal di Turki. Sebuah hard disk berisi data agen-agen MI6 yang sedang menyamar di semua organisasi teroris dunia dicuri. Bond (Daniel craig) & Eve (Naomie harris) terlibat adu kejar dengan para pencuri data terpenting MI6. Hingga sebuah tembakan Eve atas perintah M (Judi Dench) justru mengenai Bond. Kejadian ini membuat Bond sakit hati dan diam-diam menghilang, MI6 sendiri menganggap agen007 ini meninggal dalam tugas.

Terbukanya data rahasia ini membuat, MI6 mengalami krisis terbesarnya. Keselamatan seluruh agen mereka yang menyamar sangat terancam. Kepemimpinan M di MI6 dipertanyakan, hingga pejabat pemerintah  Gareth Mallory (Ralph fienes) ditugaskan untuk mengawasi pekerjaan M. Puncaknya si pencuri hard disk ini membobol komputer kantor pusat MI6 di London dan meledakkan. Bond yang mengasingkan diri di pulau tropis (yang seharusnya syuting di Bali)  merasa terpanggil atas krisis yang terjadi. Walau dia kembali dalam kondisi tidak dalam performanya, M mempercayainya untuk kembali beraksi menyelamatkan MI6.

Interogasi "menggelikan" ala silva
Lalu perburuan dimulai : dari sebuah pembunuhan di Shanghai, Casino yang memiliki komodo di Macau, hingga sebuah pulau kosong yang ditinggal penduduknya mempertemukan bond dengan otak semua aksi. Tersebutlah Silva (dimainkan dengan "gila" oleh Javier bardam) mantan anak buah M yang sakit hati dan menjalankan aksinya demi balas dendam dengan bosnya. Tak disangka penangkapan Silva justru membawa MI6 dalam sebuah jebakan besar dengan big bos MI6 sebagai target utamanya. Akhirnya .....anda akan disajikan serangkaian aksi gila Bond Vs Silva ala dark knight, yang lebih pas disaksikan dalam format 2D IMAX. (lah kok promosi). Dari 50 tahun sejarah film James Bond, baru kali ini film Bond menampilkan Inggris sebagai lokasi aksinya.

Saya sempat terkejut saat Skyfall disutradarai Sam mendes, sutradara pemenang oscar (American beauty) ini spesialisasi film drama melankolis dan  tak punya trackrecord untuk film action. Dengan sentuhan ala Mendes, Film Skyfall dipenuhi adegan aksi dengan sinematografi indah simak saja saat scene pergumulan Bond di salah satu gedung bertingkat di Shanghai, scene di skyfall scotlandia, dan lain sebagainya 

Yang berbeda pula, Bond girl disini bukanlah gadis cantik nan hot, melainkan nenek tua dingin, yang tak pandai menembak. Dialah M yang sejak film golden eye (1995) dimainkan dengan cemerlang oleh Judi Dech.M yang biasanya tampil sambil lalu di film Bond, kali ini mendapat porsi lebih besar mendampingi Bond menjalankan aksinya, sebelum ..... *speechless :-(

M, Judi dech
Film Skyfall (diam-diam) menjadi puncak rangkaian reboot franchise film James bond, mengikuti trend film lain seperti Spiderman, Superman, Startrek, dll. Di Skyfall ini ada semacam pemberian tongkat estafet ke cast lebih mudah, simak saja pakar alat canggih bond Q yang biasa dimainkan oleh seorang aktor tua, kali ini dimankan orang baru Ben Whishaw. Lalu asisten M, Ms. Moneypenny yang terakhir kita lihat di film Die another day (2002) pun juga berganti ke wanita yang lebih muda Naomie haris. Bos MI6, M pun berganti dari Judi Dench ke Ralp fienes. Rombongan orang baru di MI6 ini menjadikan Daniel craig menjadi cast utama tertua di MI6. 

Skyfall juga punya lagu soundtrack terbaik yang ditulis & dinyayikan oleh Adele, yang membuat sempurna untuk gelar yang kuberikan pada film ini : "Best Bond Ever".

Nilai : 4 (dari nilai max 5)