Rabu, 04 Desember 2013

Frozen; Kembalinya Animasi Musikal Disney Era 90an

Awalnya  saya pikir era film animasi musikal buatan Disney. Film Shrek (2001) mengukuhkan “habisnya” era itu dengan menampilkan karakter - karakter yang mengolok – olok karakter dalam dongeng Disney. Hadirnya Pixar, makin  membuat animasi Disney tenggelam. Disney kemudian justru sukses dengan film – film yang mengolok-olok filmnya sendiri, seperti : Enchanted (2007), The Princess and the frog (2009) , Tangled (2010), dan Wreck it ralph (2012). Hingga di tahun ini hadir Frozen, yang diangkat dari dongeng klasik karya Hans Christian Anderson "Snow Quenn". Di dalam trailernya, Frozen seakan ingin mengulang kejayaan disney di era 90-an, dengan klaim sebagai animasi “yang terbesar” sejak era Lion king (1994). Pernyataan yang mengundang kesinisan, dan hampir membuat saya menskip film ini.
  
Kesinisan saya tidak bertahan laman, Musikal di pembukaan film ini sudah mematahkannya . Setting musim salju disajikan sangat indah, selingan komedi dari kristof & sven kecil, dengan iringan score dan lagu – lagu indah yang bisa dinikmati segala usia, serasa menghadirkan kembali keajaiban film Disney era 90an.

Diceritakan Elsa kecil, putri dari kerajaan Arendelle punya kekuatan membekukan segala sesuatu. Hingga kecelakaan yang terjadi saat dia bermain dengan adiknya Anna, membuat sang ayah menyadari kekuatan putrinya makin besar dan dikhawatirkan suatu saat tak terkendali. Sesuai saran dari Troll, Sang Raja & Ratu membatasi kehidupan Elsa, mereka menutup gerbang istana, mengurung Elsa dalam kamar dan tak semua orang bisa bertemu dengan Elsa termasuk adiknya. Anna kecil yang tidak tahu apa terjadi merasa kehilangan sosok sang kakak yang tiba-tiba menjauh dan tertutup darinya.
   
Anna & Elsa
Suatu saat, raja & ratu meninggal karena sebuah kecelakaan laut, membuat  Elsa naik tahta. Di hari pengukuhannya sebagai ratu, Elsa (Indiana menzel) yang tidak sepenuhnya bisa mengendalikan kekuatannya, merasa ketakutan bertemu orang banyak umtuk pertama kalinya. Sebaliknya sang adik, Anna (Kristian bell) mengartikannya hari itu sebagai hari dia bisa melihat orang lain dan kesempatan bertemu jodohnya. Euforia berlebihan Anna, bahkan membuatnya menerima pinangan Pangeran Hans yang baru ditemuinya hari itu. Hal ini membuat berang sang kakak dan membuat Elsa mengeluarkan kekuatannya secara tak terkendali. Elsa membekukan semua yang dipegangnya dan membawa badai salju di tengah musim panas ke kerajaan Arendelle.
  
Merasa ketakutan Elsa lari ke hutan, dan membentuk kerajaannya sendiri. Anna yang merasa bersalah, mencari kakaknya untuk membujuknya menghentikan musim dingin yang membekukan Kerajaan Ardele. Upaya Anna membujuk kakaknya untuk menghentikan musim dingin dibantu oleh Kristoff (Jonathan gruff), rusanya Sven, dan manusia salju ciptaan elsa, Olaf (Josh gad) menghadirkan petualang mengasyikan, yang mengundang tawa sekaligus simpati dalam satu waktu.
  
Anna - Olaf - Kristof - Sven
Disney ternyata mengadaptasi bebas dongeng klasik Snow Quenn, bahkan saking bebasnya hasilnya malah jauh berbeda dari versi aslinya. Adaptasi versi Disney, yang ditulis oleh Jeniffer Lee & Chris buck (juga duduk sebagai sutradara) menghasilkan karakter – karakter yang lebih kompleks, dan menarik. Sulit untuk tidak suka dengan semua karakter di film ini. Putri Anna, bisa disebut perwakilan dari karakter putri modern disney (bisa dikatakan disfungsional princess, seperti Raspunzel di film Tangled). Sedangkan  Ratu elsa mewakili karakter putri – putri disney klasik. Layaknya cerita dongeng klasik, ada 2 tokoh pangeran disini, Pangeran Hans dan Kristoff sebagai pemuda kampung. Bedanya Pangeran - pangeran disini dihadirkan bukan untuk merubah nasib 2 tokoh utama, layaknya cinderela, snow white, dll. Bukan film Disney jika tidak ada karakter side kick yang menjadi scene stealer dengan tingkah slaptiknya. Di frozen posisi ini dijalankan dengan baik oleh Olaf, sebagai manusia salju yang merindukan musim panas!
  
Camoe Raspunzel (from Tangled)
Mungkin bagi penonton Indonesia kebanyakan, format musikal akan dirasa sangat mengganggu. Tetapi, musikal film ini justru menjadi kekuatan akan keindahan dan keajaiban yang dihadirkan film ini.  Christophe beck adalah orang yang bertanggung jawab atas hadirnya musik – musik indah di Frozen (Hey kemana composer langganan Disney, Alan menke?). Seperti halnya film musikal, seperti Les miserable, musik & lagu di film ini tidak hanya sebagai pemanis/pelengkap, dia menjadi bagian dari cerita. Simak lagu “Do you want to build a snowman” yang mengiringi perkembangan Ana kecil sampai remaja, yang dipenuhi bagaimana dia kesepian dan merindukan kakaknya. Lagu “ For the first time” menggambarkan euphoria berlebihan si Anna melihat dunia luar, sekaligus alasan mengapa dia mau menerima lamaran pria yang baru ditemuinya pertama kali. Lewat “in summer song” kita tidak hanya diajak sekedar berkenalan dengan Olaf, tetapi juga punya ikatan emosi disana. Musical "Let it go" yang beberapa scene menghadirkan duet Ana- & elsa mengingatkan saya akan “Defying gravity” dari musical broadway berjudul Wicked.  Musikal – musikal ini membuat cerita Frozen bergerak cepat dan dinamis, tetapi tidak meninggalkan penontonnya.


Singkat kata entah karena saya masih jatuh cinta dengan film musical, atau film Frozen memang benar- benar tampil menakjubkan. Frozen sukses menghadirkan kembali keindahan dan keajaiban film animasi musical Disney tahun 90an.

Nilai : 4 dari nilai max 5

1 komentar: