Selasa, 10 Desember 2013

Menengok Masa Lalu di 99 Cahaya Di Langit Eropa

Bagi Hanum (Acha septriasa) mengikuti  suaminya Rangga (Abimana aryasatya) yang sedang mendapatkan beasiswa ke Wina, Austria adalah bagian dari mimpinya untuk menjelajah setiap sudut kota di Eropa. Setelah 3 bulan sibuk berkeliling, dia hampir mengalami kebosanan dan Hanum pun mengisi waktunya dengan mengikuti kursus bahasa Jerman. Di tempat kursusnya dia bertemu Fatma (Raline syah) seorang wanita asal Turki yang kelak berkontribusi besar merubah kehidupan Hanum. Bagi Fatma, Kota Wina adalah tempat dia berjuang hidup. Dia kesulitan diterima masyarakat setempat karena latar belakangnya sebagai wanita muslim berjilbab, dan juga karena dia keturunan Kara Mustafa Pasha, Raja Turki yang menyerang Austriapada abad 17. Tak hanya Fatma, putrinya Ayse (Gecca tawar) pun kerap dibully teman sepermainannya karena alasan yang sama. Sekeras apapun perlawanan orang, Fatma & putrinya bersikukuh mempertahankan identitasnya.
  
Rangga, suami hanum pun kerap menemui masalah, mulai dari tempat sholat, mencari makanan halal, juga jadwal ujian yang bertabrakan dengan waktu sholat jumat. Sahabatnya Stefan (Nino fernandez) yang non muslim begitu antusias mengkritisi ibadah yang dilakukan Rangga. Kemudian Stefan  merasakan perubahan dari diri Rangga setelah rangga kian akrab dengan teman seimannya asal India (Alex abad). Tak hanya soal Agama, perbedaan kebudayaan juga sering membuat pasangan muda Rangga dan Hanum kerap menemui konflik dengan orang lain, yang mereka hadapi dengan cara unik. Mereka terinspirasi dengan cara Fatma menjalani hidup.
  

Fatma menganggap diri mereka sebagai agen muslim, yang melawan apapun dengan santun dan senyum. Mereka lakukan ini sebagai penebus kesalahan kakek buyutnya yang berupaya menaklukan Eropa dengan pedang. Tak hanya belajar keteguhan hati Fatma, Hanum juga belajar sejarah Isam yang tersembunyi di seluruh penjuruh Kota Wina. Perjalanan Hanum berlanjut saat Fatma memperkenalkan Hanum dengan Marion (Dewi Sandra) yang mengajaknya menyelami sejarah Islam di Paris.
  
Punya bangunan cerita yang menjanjikan, cast yang sempurna, dan perjalanan yang mengasyikkan di Eropa tak membuat film ini tampil “garang”. Jalinan cerita yang berjalan merambat membuat film ini hampir kehilangan point-point yang hendak disampaikan ke penonton. Saya sangat menikmati perjalanan ke Wina & Paris, tetapi sesekali terusik dengan pertanyaan yang timbul dari diri sendiri “ini ceritanya dimana?”.
  
Film 99 cahaya di langit eropa sebenarnya punya jalinan romantisme manis pasangan muda yang (mengejutkan) dibawakan dengan apik oleh Abimana dan Acha septriasa. Sayangnya mereka berdua tak punya ruang lebih menunjukkan keintiman. Hadirnya orang ketiga (Marissa nasution) dalam film ini pun terkesan tempelan. Perseteruan antara Abimana – Nino – Alex juga seharusnya bisa tampil lebih greget bila tampil dengan dialog – dialog yang sedikit lebih nakal mengkritisi Agama (ups.. lupa jika ini sebuah adaptasi buku). Untungnya kehampaan ruang cerita tertutupi dengan indahnya (sejarah tersembunyi) Wina & Paris. Bukan hanya perjalanan yang menampilkan keindahan, tetapi juga menggetarkan, dan Raline syah berhasil membawakan Fatma sebagai guide yang meyakinkan.
  
Akhirnya ada senyum dan kebanggan melihat Islam menjadi bagian dari kemajuan kebudayaan dan peradaban bangsa Eropa. Tapi senyum itu hanya sementara, dan hilang melihat realitas umat Islam yang terpuruk. Di saat bangsa Eropa berlomba dibidang teknologi & Ilmu pengetahuan, Orang Islam masih sibuk berperang, dan sebagian sibuk saling mengkritisi keimanan. Perjalanan menguak sejarah Islam di Eropa bagi saya seperti seseorang yang berkunjung ke rumah mantan dan menemukan sang mantan masih menyimpan pemberian dari kita. Sayangnya sang mantan telah berbahagia dengan pasangan yang baru dan kita hanya bangga akan masa lalu lalu belum juga menemukan seseorang untuk bergerak maju. Mungkin saja saya muslim yang inferior yang merindukan sosok Fatma, atau Rangga yang bergerak maju dengan bertoleransi terhadap perbedaaan.

Nilai : 2 /5

2 komentar: