Awal tahun 2012 yang lalu, Review
Film The Hunger Games yang pertama menuai kritikan. Saya jatuh cinta dengan
semangat memberontak yang disampaikan film itu, hingga menginspirasi saya dalam
men-sinis-i tatanan masyarakat kita. Kali ini saya tidak akan membahasnya lagi,
mari kita bicara sekuel Film The Hunger games; Catching fire sebagai layaknya
moviefreaks.
Kemenangan Katnis everdeen (Jenifer
Lawrence) di pertandingan Hunger games tidak serta merta membuat hidupnya
damai. Berbagai kematian yang dilihatnya selama pertandingan membuatnya
mengalami trauma dan mimpi – mimpi buruk yang terus mengganggunya. Katnis juga
tidak bisa lagi hidup sebagai dirinya, dia harus menyembunyikan kisah cintanya
dengan Gale (Liam hemsworth) dan terus melanjutkan kisah cinta sandiwaranya
dengan Peeta (Josh hutcherson), karena itulah satu-satunya cara untuk bertahan
hidup. Katnis tidak hanya harus memalsukan kisah cintanya, tetapi juga semua
yang ia lakukan & bicarakan, terlebih setelah Presiden Snow (Donald
Sutherland) menemuinya secara langsung untuk mengancamnya.
Aksi “memberontak” Katnis selama
pertandingan hunger games terakhir, hingga membuat Pemerintah mau merubah
peraturan, menjadi sebuah simbol sebuah harapan terjadinya perubahan hidup.
Harapan yang membuat Primrose (Willow shields) adik Katnis , Ibunya (Paula
Malcolm), serta orang - orang tertindas lainnya untuk bertahan, sekaligus menginspirasi
masyarakat 12 distrik untuk mencetuskan pemberontakan. Hal ini membuat pemerintah perlu mengontrol apapun yang Katnis dan Peeta
lakukan, sayangnya mereka sudah terlanjur menjadi simbol perlawanan (sayangnya
simbol – simbol ini kurang tersampaikan di film ini, faktor durasi). Tour perayaan pemenang The Hunger games yang
dilakukan Katnis & Peeta seakan menjadi api yang menyulut terjadinya
revolusi.
Pemerintah tak mau menyerah,
mereka makin menekan masyarakat dengan menyebarkan ketakutan, menghukum mati
ditempat semua orang yang mengeluarkan simbol – simbol perlawanan (termasuk
salam 3 jari), membungkam pers dengan menyembunyikan berbagai kerusuhan, dan
lain sebagainya. Di saat pemerintah, membuat hidup rakyat di 12 distrik
sengsara, pemerintah pusat membuat pesta besar untuk memanjakan rakyat
di ibu kota seakan menangatakan segalanya baik – baik saja…. Sounds familiar? Aksi Pemerintah
Panem membuat saya teringat Indonesia di Jaman Orde baru. "Bagi yang suka
menyebarkan foto bapak tua bertanya apa kabar?.. tolong bedakan hidup dalam
kondisi aman dan kejadian kerusuhan/korupsi tidak boleh diberitakan (..lah
malah curhat)."
Saat kondisi makin tak
terkendali, pemerintah punya ide untuk membungkam semua inspirator revolusi.
Pemerintah membuat para pemenang The Hunger games kembali bertarung di pertandingan
The Hunger Games berikutnya. Mau tidak mau 24 juara dari 12 distrik, termasuk
Katnis & Peeta, kembali mengangkat senjata mempertahankan hidup mereka, dan kembali saling bunuh.. di titik ini, kita serasa akan mengulang lagi bagian awal
filmnya, dan ini hampir membuat saya mengalami anti klimaks… (tapi ini khan adaptasi buku, dan dibuku
memang ditulis ada pertandingan The Hunger games lagi :-D)
Untungnya, Film Catching fire
tahu mengatasi kebosanan ini. sang sutradara Francis Lawrence, dan para penulis
skenario menyajikan pertandingan Hunger games menjadi lebih padat, dengan
setting dan tantangan yang lebih hingar bingar dibanding sebelumnya. Semua kontestan hunger games kali ini juga dtampilkan
abu – abu, untuk membuat kita menebak dia kawan atau lawan.
The hunger games memang sudah
meletakkan dasar emosional kuat di tiap karakter, sehingga di sekuelnya ini semua
cast terlihat tampil lebih dalam lagi seperti si tangan besi yang sedang risau
yang dimainkan Donald Sutherland, atau karakter 2 kaki yang dimainkan Woody
harrelson & Phillip Seymour Hoffman, dan juga ke-esentrikan karakter yang
dimainkan Stanley tucci. Yang tak kalah menarik di film ini, melihat
bagaimana Peeta & Gale bisa bermain menarik simpati. Menurut kalian
mana yang lebih sukses menarik simpati : Peeta yang rela memberikan nyawanya untuk
melindungi wanita yang hatinya sudah jadi milik orang lain atau, Gale yang harus melihat
wanita yang dicintainya dengan pria lain demi keselamatannya *puk-puk Katnis. Seperti
bagian awalnya, lagi – lagi aktris peraih oscar 2013, Jenifer Lawrence menjadi
roh dari keseluruhan film Catching fire.
Ending dari film ini akan membuat
anda terbengong – bengong, sembari mencerna apa yang terjadi, suara cold play
di credit scene akan sangat membantu menenangkan anda..dan setelah itu anda
pasti akan bertekat kembali lagi ke bioskop untuk menyaksikan 2 bagian terakhir
the Hunger games.
Bagian kedua The hunger games ini
membuat saya lupa bahwa Hunger games sebenarnya adalah film remaja. Catching
fire sukses tampil lebih dewasa, Tema tentang harapan, revolusi, kesenjangan, dan
pemerintah tangan besi mengalahkan cerita cinta, cemburu, dan kegalauan. Saking
dewasanya film ini, 3 orang ABG yang
duduk disebelah saya kebingungan membahas bagaimana kisah cinta dalam film ini
bisa terjadi. Keributan mereka makin absurd saat mereka baru tersadar bahwa
‘The hunger games itu bukan sekuel dari twilight” *tepok jidat.
Nilai : 3,5 / 5
keren sih film ini
BalasHapusElever Media Indonesia