Jumat, 27 Januari 2012

Sebuah Tantangan Untuk Kelas Menengah Indonesia


Review buku :  Untuk Indonesia yang kuat; 100 langkah untuk tidak miskin.

Book cover
Dengan misi besar penulisnya : (Ligwina hananto) “Mewujudkan golongan menengah Indonesia yang kuat”, buku setebal 240 halaman ini membakar semangat  dan menyadarkan para pembaca bahwa mereka adalah aset Indonesia yang bisa melakukan sesuatu, yang bisa berdiri sendiri, yang merupakan bagian dari solusi bukan masalah bangsa.

Sebelum berlanjut, apa itu golongan menengah ? Golongan menengah adalah  kita,  yang bisa menikmati hidup, bisa makan 3x sehari, mondar-mandir pake mobil APV atau motor bebek produksi China, punya rumah, walau kontrak dengan 2 kamar, sempat nongkrong di warung kopi sepulang kerja, menyekolahkan anak, punya pembantu. 

Tak merasa? Ok. Golongan menengah Indonesia memang terkenal dengan inferiornya. Secara sederhana golongan menengah adalah golongan orang berada diatas garis kemiskinan. World bank dengan income approach mendefinisikan miskin adalah orang yang penghasilan dibawah USD 1 perhari atau Rp. 276.000 perkapita perbulan. Menurut BPS dengan basic need approach 1 keluarga = 4 orang) mendefinisikan miskin adalah seseorang yang berpenghasilan 2.100 kalori/hari atau sekitar 730.000 per bulan/keluarga
Check gaji kalian? Gaji sudah jauh diatas garis kemiskinan tapi masih merasa miskin? Golongan menengah memang belum tentu punya uang, tetapi yang jelas tidak melarat.

Baru-baru ini bank dunia merilis bahwa Indonesia memiliki golongan menengah terbesar ketiga dunia (setelah China & India) ada sekitar 131 juta, dan menjadi negara dengan tingkat pertumbuhan kelas menengah tertinggi di dunia. Lalu apa yang bisa diharapkan dengan kelas menengah? Sebagai golongan yang tidak disibukkan dengan kebutuhan dasar, golongan ini seharusnya punya waktu dan uang lebih yang bisa dimanfaatkan memperbaiki bangsa ini. Sebagai contoh : andai 131 juta orang Indonesia ini bisa berhasil menyisihkan Rp.100.000/bulan saja untuk investasi maka akan tersedia dana segar sebesar Rp. 13,1 Trilyun/bulan untuk membiayai kredit usaha, bangun infrastruktur, dan lain sebagainya. Jika kekuatan ini disatukan, tak ada lagi yang mengeluh ekonomi kita dikuasai asing.  Lalu mengapa hal ini belum terjadi di Indonesia?

Golongan menengah Indonesia masih sangat rapuh. Hari ini mereka bisa membeli blackberry tetapi besok saat di PHK dia harus jual blackberry tersebut dan akhirnya turun kelas. Golongan menengah  Indonesia terjepit  di tengah inflasi dan gaya hidup. Golongan menengah Indonesia masih malu berinvestasi tetapi langsung oke setiap kali ditawari kredit konsumtif. Golongan mengenah Indoensia punya penghasilan tetapi habis sebelum akhir bulan, punya gadget bagus tetapi tidak punya tabungan, punya rumah tapi terancam dijual karena tak punya dana pensiun.  

Disini penulis memberikan ide besarnya, untuk menguatkan financial golongan menengah, agar bisa menguatkan orang lain. Si penulis memberikan tantangan, untuk menjadi golongan menengah harus kuat  :
1.       Kuat punya "credit history" yang sehat.
2.       Kuat punya dana darurat hingga 1 tahun
3.       Kuat punya rumah sendiri walau dicicil 15 tahun
4.       Kuat punya asuransi murni
5.       Kuat bisa berinvestasi, & percaya pasar modal negeri sendiri.
6.       Kuat karena kitalah yang menggerakkan ekonomi negeri ini.

Untuk mencapai ini, si penulis memberikan 100 langkah  yang akan saya ceritakan satu persatu dikesempatan berikutnya (atau jika tidak sabar, BELI BUKUNYA!)

Secara singkat, untuk memulai penulis memberikan tips yang saya rangkum sebagai berikut :
1. Lakukan financial, check up, dimana keuangan anda dinyatakan sehat jika :
·       Penghasilan – Pengeluaran = Sisa uang minimal 10% penghasilan.
·       Punya cicilan hutang maksimal 30% pendapatan.
·       Punya pengeluaran rutin maksimal 40% pendapatan.
·       Punya pengeluaran pribadi maksimal 20% pendapatan.

2. Susun tujuan financial :
Dari sini anda akan diajarkan bahwa menabung saja tidak cukup, ada inflasi yang akan merampok uang simpanan anda dan membuat anda gagal meraih tujuan keuangan. Tujuan financial yang dianjurkan dimiliki adalah : pendidikan, pensiun, punya dana darurat minimal 1 tahun (alokasi untuk kondisi dimana anda kehilangan pekerjaan), dan mencapai 3 tingkatan Kebebasan financial :  
tingkatan 1 : Membayar tagihan sendiri -  
tingkatan 2 : Membayar utang - 
tingkatan 3 : Memiliki aset aktif : Bisnis, properti, surat berharga, dll dengan target " penghasilan dari aset aktif ini lebih besar dari penghasilan rutin.
·   
3. Investasi
Investasi seperti momok bagi kelas menengah Indonesia terlalu banyak pertimbangan, tetapi anehnya mereka langsung setuju setiap ditawarin kredit konsumtif. Selain itu, gaya hidup juga membuat mereka kesusahan menyisihkan uang untuk investasi. Untuk ini buku ini punya tips  dengan melakukan "switch finance" :
Dari : Pendapatan – pengeluaran = sisa investasi
Menjadi : Pendapatan – investasi = pengeluaran

Untuk mencapai semua tujuan financial ini, anda harus berinvestasi, buku ini memberikan  tips memilih investasi :
  • Untuk tujuan financial < 5 tahun seperti  : dana darurat , pernikahan, dll pilih yang beresiko kecil seperti Reksadana pasar uang, Tabungan, Deposito, atau ORI
  • Untuk tujuan financial 5-15 tahun seperti dana pendidikan anak,  pilih yang memiliki resiko sedang Reksa dana pendapatan tetap/campuran
  • Untuk tujuan financial  > 15 tahun seperti : dana pensiun, pilih yang memiliki resiko tinggi seperti reksadan saham, atau beli saja saham langsung di bursa efek.

Selengkapnya anda bisa kunjungi :  www.tujuanloapa

Yang terakhir, sebagai pembakar semangat, buku ini sangat luar biasa, tetapi sebagai paduan awal, buku ini masih kurang dalam, mungkin juga akan ada seri pelanjutnya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar