Minggu, 26 Agustus 2012

Memahami kegilaan Marilyn Monroe (Review film My week with Marilyn)


Tahukah kalian perbedaan cara kerja insinyur dengan seniman? Yang satu bekerja berdasarkan target, yang satu bekerja berdasarkan mood. Karena alasan itu, sulit bagi kita orang awam untuk melogikakan jalan kerja seniman (hey menulis itu juga pekerjaan seniman loh), apalagi seniman bernama artis. Mungkin ini yang bisa menjelaskan kelakuan aneh Marilyn Monroe di film my week with Marilyn. Cerita film ini diangkat dari 2 buku karya Collin clark The prince, the showgirl, and me  dan My week with Marilyn. Buku ini menceritakan pengalaman penulisnya saat menjadi salah satu crew film the prince & the showgirl (1957) yang dibintangi Marilyn. 

Collin clark (Eddie redmayne) adalah seorang pemuda yang terila-gila dengan film. Ayahnya yang seorang sejarawan tak begitu mendukung keputusan anaknya untuk pergi ke London dan merintis karir di dunia film. Nasib baik didapat clark, dia bekerja sebagai seorang assisten sutradara sekaligus actor utama  Laurence oliver (Kenneath branagh) untuk film The prince & the show girl. Film ini dibintangi pula oleh seorang aktris besar Hollywood masa itu Marilyn Monroe (Michelle Williams), dan seorang aktris senior Inggris Sybil thorndike (Judi dench).

Kedatangan Marilyn Monroe ke Ingris mendapat sambutan hangat media & fansnya. Dia disambut bak seorang legenda (but it was) karena ini memang syuting pertama kalinya di Inggris. Marylin datang ke Inggris bersama suaminya yang ketiga seorang penulis Arthur miller (Dougary scott), rekan bisnisnya  Milton H Greene (Dominic cooper) & guru aktingnya Paula strassberg (Zoe wanamaker). Semua berjalan rencana hingga mereka menyadari bekerja dengan Marilyn Monroe seperti bekerja dalam neraka.

Marilyn Monroe bekerja berdasarkan berdasarkan moodnya, beberapa kali crew film harus menunggu lama untuk menunggu kedatangannya di lokasi syuting, bahkan tak jarang mereka menunggu hal yang sia-sia. Marilyn sendiri seperti tak menemukan roh karakter yang dibawakannya, sering lupa dialog dan tiba-tiba saja pergi dari lokasi syuting. Keadaan diperparah saat Marylin lebih percaya pelatih aktinganya Paula dari pada sutradaranya. Hal ini membuat sang sutradara dan seluruh pekerja film menjadi frustasi.

Singkat kata Collin clark diutus untuk mendekati Marilyn dan mencari tau apa yang terjadi. Di waktu bersamaan saat miller, suami Marilyn pulang ke Amerika. Tak disangka hubungan Marilyn & Clark menjadi sangat “mendalam”. Collin clark mendapati dibalik gemerlap kehidupan Marilyn Monroe, dia adalah seorang yang sangat-sangat rapuh, dan menderita atas segala ketenaran yang dia dapat. Di sisi lain, “hubungan” dengan Collin clark, justru membuat Marilyn menemukan karakternya untuk film, dan syuting bisa berjalan kembali dengan sangat lancar.

Film ini laksana panggung tunggal untuk Michelle Williams, yang nyaris sempurna menghadirkan sosok Marilyn Monroe, yang tampil atraktif di luar & penuh kegalauan di dalam. Michelle sangat mempelajari detail Marilyn Monroe, termasuk cara dia berjalan, bergerak, berbicara, menari, menghadapi media & fans hingga … (sensor). Setiap scene saya hampir tak memperhatikan actor/aktris lainnya dan hanya menunggu apa yang Marilyn eh Michelle Williams lakukan setelah ini. Pantas aktris ini diganjar nominasi oscar 2012.

Emma watson
Selain Michelle, ada beberapa karakter yang perlu dicatat kehadirannya. Kenneath branagh  & Judi dench memang tak kehilangan auranya, tapi rasanya porsinya sangat kecil di film ini, lagi-lagi karena saya gagal mengalihkan perhatian dari Michelle williams. Emma Watson tak bisa melepaskan karakter Hermione di karakarter Lucy, crew costume yang “diduakan” Collin Clark. Penampilan Emma di film ini bisa mematahkan hipotesaku yang memprediksi, dia bakalan jadi “the next best thing” di film komedi romantis.

Entah mengapa, selama menyaksikan film ini, benak saya tak bisa berpaling dengan Syahrini, dan juga banyak artis kontroversi lainnya. Memang banyak artis yang menciptakan kontroversinya untuk mendongkrak karirnya, lalu menjadi “sakit” atas ketenaran dan popularitas yang mereka dapat seperti Marilyn Monroe. Film My week with Marilyn telah berhasil merubah merubah sudut pandang saya atas jambul Syahrini, dari yang mentertawakannya menjadi merasa iba, & ingin mengirim ke seorang psikiater handal, agar tak menderita seperti Marilyn Monroe.

Nilai : 2,5 dari nilai max 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar