Saat jaman sekolah dulu orang
–orang sekitar menanyakan “kapan lulus?”. Saat sudah lulus orang-orang sekitar ribut
bertanya “kapan kawin?”. Saat sudah menikah,
orang-orang (entah mengapa tidak bisa diam) bertanya “kapan punya anak?”. “Kapan
mati?” kok tidak ditanya sekalian ya? ….. Saya tidak menentang bentuk tatanan siklus
hidup seseorang, tetapi sebagian orang merasa terobsesi menjadikan siklus ini seakan
sebuah perlombaan, membuat kita melupakan alasan dan esensi kita menjalani siklus hidup pilihan kita.
Bagi Rachmad (Reza rahardian)
& Tata (Acha septriasa) , 7 tahun
menikah tanpa dikaruniai anak adalah sebuah siksaan tersendiri. Walau awalnya
kehadiran anak bukanlah keharusan bagi pasangan ini, tetapi seiring bertambahnya waktu menjadikan pasangan ini terobsesi untuk segera memiliki
momongan. Kedua pasangan ini mencoba semua fakta & mitos tentang bagaimana
punya anak, mulai rajin makan tauge, berendam dalam air dingin, hingga melalui
serangkaian suntikan untuk proses invitro yang sangat menyiksa Tata. Melihat perjuangan pasangan ini mendapatkan anak, seharusnya membuat kita "berhati-hati" untuk bertanya kapan punya anak ?" pada orang lain (Jangan niru orang songong !)
Pada waktu bersamaan Shinta
(Renata kusmanto) diceraikan suaminya, Heru (Dwi sasono) walau keduanya masih
saling mencintai. Perceraian ini lebih karena desakan orang tua Heru, karena Shinta
divonis dokter tidak akan bisa memberikan anak. Saat bercerai, karir model Shinta
justru mencapai puncaknya. Alih-alih meratapi kesendiriannya, Shinta segera
menghubungi mantannya, Rachmad.
Awalnya kehadiran Shinta tidak
dihiraukan oleh Rachmad yang saat itu sedang sibuk mendukung istrinya menjalani
proses “pembuahan”, hingga dokter memberikan vonis bahwa Rachmadlah yang
mandul. Tata yang masih belum terima kondisi suaminya, membuat Rachmad berpaling pada
Shinta yang dirasakannya sebagai rekan senasib sepenanggungan. Kedekatan
rachmad dan Shinta membuat Tata makin berang dan meninggalkan suaminya. Disini
para penonton diajak kembali merenung untuk apa mereka menikah.
Sutoyo family |
Untuk apa ya kita menikah ?
sebagian orang boleh berpendapat untuk menyempurnakan agama, sebagian (yang
peduli kelestarian spesies manusia) berpendapat untuk melanjutkan keturunan,
sebagian yang lain ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan seseorang yang
membuatnya sempurna. Kadang alasan ini begitu sederhana, tetapi justru itu yang bisa dipegang untuk
bisa melanggengkan komitmen saat krisis datang. Ya itupun jika kita menikah
bukan karena memang “sudah waktunya” seperti yang disentil pasangan Sutoyo
(Jaja miharja-Meriam bellina) pasien Rachmad.
"Saya tidak menemukan alasan kita harus kembali bersama, karena memang tidak ada alasan untuk kita harus berpisah”
Film test pack hadir dengan
dialog-dialog cerdas menggelitik tentang obrolan orang DEWASA (dan ternyata
ditulis oleh Aditya Mulya). Romantisme, komedi, dan konflik datang silih
berganti secara beruntun secara mulus, kadang tanpa disadari disepanjang film. Saya belum membaca novel test pack karya Ninit
yuanita, tetapi saya merasakan beberapa bagian film ini hadir terlalu cepat dan tampil kurang mendalam, seperti hubungan Rachmad - Shinta, sehingga cinta segitiga yang hadir kurang mendalam. Karakter Heru juga hadir dengan dialog minim. Walau begitu, saya menilai Monty tiwa sudah cukup berhasil menyampaikan
pesan utama yang sederhana tapi disampaikan secara unik dari bukunya.
Film ini makin sempurna dengan
hadirnya cast yang bermain tanpa penampilan berlebih. Seperti biasa, Reza
rahardian tampil nyaris sempurna, (yang mengejutkan) hampir bisa diimbangi Acha
septirasa (Saya katakan hampir karena saya tidak suka mimik yang ditampilkan
Acha saat menangis … personal sih
sebenarnya hehehe). Yang membuatku bingung (walau
penampilannya tak buruk) kok bisa ya Meriam bellina yang tampil beberapa menit dalam 3 scene
bisa mengantarkannya masuk nominasi FFI.
Nilai : 3,5 dari nilai max 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar