Seingat saya, film ini sudah saya
review sebelumnya, tetapi mengapa hilang di posting
ya? Atau saya lupa? *toyor diri sendiri. Karena Hugo adalah salah satu film
terbaik yang saya tonton di tahun 2012, maka reviewnya wajib ada di blog ini,
bahkan saya rela menulisnya 2x!
Film dibuka dengan suasana musim
dingin kota Paris di tahun 1930, kamera lalu bergerak mengikuti rel kereta api dan
berhenti di sebuah stasiuan. Di sini kita diberi pemandangan artistik stasiun
kuno dengan sinematografi yang benar-benar sangat indah. Opening scene ini bahkan sempat membuat saya berfikiran bahwa Hugo
adalah film animasi 3D, tetapi itu memang setting
nyata. Kamera mengajak kita menyelami hiruk pikuk stasiun lengkap dengan kepulan asap ala kereta api uap,
toko buku, café, seorang penjaga dengan anjingnya, dan toko mainan yang wah
banget….. (saya sampai kehilangan kata-kata) apalagi jika disaksikan dalam
format 3D. Kamera lalu menarik kita mengamati jam – jam besar nan megah dan
diantaranya itu terlihat sepasang mata seorang bocah yang mengawasi hiruk pikuk
stasiun dari balik jam- jam itu.
Hugo & George mieles |
Dialah Hugo cabret (Asa
butterfield), seorang yatim piatu yang sekarang harus tinggal dengan
sembunyi-sembunyi di antara jam-jam besar di dalam stasiun kereta api. Awalnya
dia memiliki seorang ayah (Jude law) yang bekerja di sebuah museum, yang selalu
menginspirasi Hugo untuk selalu kreatif. Suatu saat sang ayah pulang dengan
membawa sebuah robot anak kecil, berdua mereka mencoba membuka misteri
bagaimana robot ini bekerja, rupanya ada sebuah kunci yang tidak mereka miliki.
Hingga suatu hari ayahnya meninggal dalam suatu ledakan besar di museum tempat
dia bekerja. Hugo harus tinggal bersama sang paman claude (Ray winstone) di
dalam stasiun. Sang paman adalah petugas reparasi jam-jam besar di stasiun itu,
dari sini kemampuan Hugo akan mekanisasi makin terasah. Sayangnya kebiasaan mabuk
sang paman membuatnya tak pernah kembali ke stasiun, hingga Hugo harus tinggal
sebatang kara (halah kayak sinetron).
Hugo cabret : “Maybe that's why a broken machine always makes me a little sad, because it isn't able to do what it was meant to do... Maybe it's the same with people. If you lose your purpose... it's like you're broken.”
Ini bukan film tentang Hugo yang
meratapi nasibnya, hidup Hugo dipenuhi oleh obesesi untuk membuat robotnya bergerak.
Obesesi yang membawanya ke suatu konflik dengan pemilik toko mainan, George
mieles (Ben kingsley). Konflik ini juga membawanya bertemu seorang gadis
sebayanya bernama Isabele (Chloe grace morez). Dari sini kita diajak mengikuti
bagaimana polah si bocah menghadapi kesepiannya, petualangannya mengeksplore Paris tahun 1930, dan juga rangkaian
aksi kucing-kucingannya dengan penjaga stasiun (surprisenya dimainkan apik oleh Sachsa boren cohen). Singkat kata persahabatan
Hugo & Isabele berujung pada terkuaknya suatu rahasia di balik robot, yang
ternyata membawa mereka ke penemu terbesar dunia film modern.
Sangat mengejutkan saat Martin
yang dikenal spesialisasi membuat film cowok (Gangs of New York, Aviator,
Departed) mendadak mau membuat film anak-anak dalam format 3D. Film hugo adalah
proyek film 3D nya yang pertama, tetapi dia melakukan seperti sudah expert memainkan gambar untuk
menciptakan dunia imajinasi, laksana suatu wahana permainan. Film ini punya
semua hal (sinmatografi, art, sound, visual) untuk memainkan semua imajinasi penontonnya
saya.
George mieles : “My friends, I address you all tonight as you truly are; wizards, mermaids, travelers, adventurers, magicians... Come and dream with me.”
Isabel & hugo di tengah kejaran inspectur |
Film ini hadir efektif melalui
sederatan gambar yang menawan (sudah berapa kali saya berkomentar seperti ini,
karena memang saking magicnya),
hingga para pemain di film ini pun harus rela terkalahkan. Mungkin karena
Martin Scorsese memandangnya dari kacamata anak-anak, karakter dan konflik di
film ini tampil kurang begitu kompleks seperti film Scorsese sebelumnya. Hugo bahkan
tak punya hingar bingar visual effect yang seharusnya jadi kewajiban pada genre
film seperti ini. Walau teman-teman saya mempermasalahkan hal ini, tetapi saya
tidak memperdulikannya, karena saking sibuknya menikmati keindahan
gambar-gambar indah di film ini (tambah satu lagi).
Pada perlehatan Oscar 2012, Hugo meraih
5 oscar (visual, Art, sound mixing, sound effect, sinematografi) dari 11
nominasi yang didapatkan. Saya
sebenenarnya menjagokan Martin untuk meraih best director di oscar, tapi dia
harus merelakannya pada Michael
havanaviciuz (the artist) yang juga meraih Oscar film terbaik. Saking jatuh
cintanya dengan film ini saya sempat berfikir untuk memberi nilai sempurna pada
film ini.
Nilai 4 dari nilai max 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar