Sembilan tahun
yang lalu Nia dinata menghadirkan film Arisan!. Sebuah film yang seakan
mengkritik kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang mulai berkembang kearah
pencitraan & kehidupan palsu. Film arisan juga mengenalkan nilai-nilai “baru”
tentang tampil apa adanya, dan bebas berekpresi ke kehidupan sosial masyarakat
Indonesia. Sebuah nilai yang mencoba diberikan di saat masyarakat Indonesia
sedang merekronstruksi kehidupannya setelah lepas dari orde baru. Menghadirkan
kontroversi, tetapi Film Arisan! tetap dipuji banyak kritikus dengan meraih 6 Piala
Citra utama (film terbaik, sutradara terbaik, aktor terbaik, aktris terbaik,
pemeran pembantu pria terbaik & pemeran pembantu wanita terbaik).
Walau film
arisan tampil cerdas & segar, tetapi saya tidak bisa menikmatinya, karena
masih shock dengan “budaya baru” yang diperkenalkan. Awalnya saya menilai film
ini mengajarkan kebebasan yang tergolong kebablasan, untuk ukuran saya yang
waktu itu masih lugu & terdoktrin nilai-nilai masyarakat konservatif. Di sana
saya menjadi saksi sebuah sejarah dimana 2 pria bisa berciuman di sebuah film layar
lebar. Film Arisan 2 juga memberikan ending
tak biasa bagi Film Indonesia, dimana di akhir film aktris utama harus bersama
pria pujaanya. Di film Arisan, si aktris utamanya harus merelakan pria pujaanya
untuk memilih sahabat prianya.
Sembilan tahun
telah berlalu, saya sudah cukup lama meninggalkan area keluguan. Melalui
berbagai film layar lebar dan serial saya melahap berbagai bentuk kebudayaan
dari seluruh dunia dari dari berbagai zaman. Serial-serial TV favorit saya
seperti Modern family, Glee, Will & grace membuat saya tidak shock lagi melihat
2 pria berciuman, atau berbagai kehidupan bebas lainnya. Hal ini membuat saya
berfikir, saya sudah cukup kuat iman disuguhi model kehidupan dari sekuel film
Arisan. Tetapi ternyata saya salah, mereka hadir kembali membuat saya
terbengong-bengong dengan gaya hidup berlabel free spirit.
Sakti - Nino - Lita - Octa - Andien (Arisan 2) |
Cerita bergulir
saat meimei menderita penyakit kanker stadium akhir, berbagai prosedur medis
telah dijalani, tetapi penyakitnya kian parah. Tak mau membebani
sahabat-sahabatnya, dia pun merahasiakan penyakitnya dan diam-diam mengikuti
terapi yang dijalankan Dokter Tom (Edward gunawan) di suatu pulau terpencil di sekitar
Pulau Bali.
Akhirnya Sakti mengetahui
rahasia Meimei, dan menyusulnya bersama teman-temannya sebagai bentuk dukungan.
Meimei sendiri, seperti menemukan dunianya melalui rangkaian terapi yang
dijalankan Dokter Tom, melalui keindahan Indonesia termasuk melalui ritual
waisak di Borobudur, serta melalui hubungan anehnya dengan Dokter Tom-Molly.
"Teman akan selalu datang dan pergi, tetapi teman sejati akan selalu ada di hati"
Film Arisan 2
hadir tidak hanya menyampaikan kabar geng Arisan saja. Mengikuti pakem pertama,
film Arisan 2 diisi kritik kehidupan sosial yang ada sambil menyelipkan sebuah
nilai baru alternatif (yang lagi-lagi buat saya terbengong-bengong).
Arisan 2 dipenuhi
berbagai protes & parodi kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang sampai
saat ini masih belum menemukan karakternya. Simak saat sebuah organisasi
keagamaan yang memprotes festival film gay besutan Nino, walau festival film
ini sudah lama diselengarakan. Lalu ada pula para-sosialita yang menolak tua &
berupaya tidak terlihat miskin. Simak pula seorang politikus busuk yang bicara
tentang kebudayaan Indonesia. Lalu ada pula seorang penulis yang anti kemapanan
tetapi harus hidup dengan menulis biografi para sosialita. Semua seperti
curahan uneg-uneg dari sang penulis
yang telah lama tertahan. Berbeda dengan arisan pertama, “scene-scene protes” ini walau masih tampil segar dan menohok,
tetapi entahlah tidak bisa mendukung bangunan cerita utama Arisan2. Sehingga
film ini terasa berbicara panjang lebar dan bagi sebagian penonton akan terasa
membosankan.
Tak hanya
mengkritik kehidupan sosial masyarakat, lagi-lagi film ini menghadirkan sebuah
gaya hidup yang boleh saya bilang sebagai kehidupan sosial masyarakat muda
modern Indonesia. Geng arisan, walau sibuk dengan urusannya masing-masing, masih
bisa meluangkankan waktu untuk berkumpul bersama, hanya untuk bertukar cerita,
pendapat, pandangan, curhat ataupun tertawa bersama. Saat bersama geng arisan
bebas mengutarakan isi hatinya, dengan mengkritik tanpa menghakimi, berpendapat
tanpa mendikte. Sebuah model interaksi yang tidak asing bagi yang sudah akrab dengan
serial friends atau serial yang masih berjalan how I met your mother.
Hubungan unik pasien-dokter |
"Mungkin karena Tuhan memberikan waktu secara cuma-cuma, kita jadi lupa untuk menikmatinya"
Mengenai cast, rasanya mereka sudah cukup akrab
dengan karakter yang dibawakan masing-masing, mengingat film ini pernah punya
serial. Masing-masing pemain bermain lepas, dan sukses menjalani transformasi karakter.
Rachel maryam mulus membawakan karakter Lita yang dulu ceplas-ceplos dalam memberikan
kritik kepada orang-orang disekitarnya, berubah menjadi seorang yang
ceplas-ceplos memberikan kritik sosial ke masyarakat (Sambil mengingat karir
politik Rachel maryam). Cut mini juga tampak melebur dalam karakter Meimei yang
dari seri pertama sudah menjadi pesakitan, dan disekuelnya terlihat tampak lebih
tegar atau lebih tepatnya “pasrah”. Surya saputra masih menghadirkan karakater Nino
yang dulu, yang selalu tampil kalem & bijaksana yang lagi-lagi harus ngemong pacar cowoknya. (Saya sendiri
tak sanggup membayangkan punya pacar cowok, apalagi manja … kalo cewek manja
itu imut tapi cowok manja?..... pasti dah kugamparin #eh keluar darksidenya)
Saya sendiri
kurang sreg dengan penampilan Tora sudiro disini, atau mungkin lebih tepatnya
karakter Sakti. Karakter Sakti di Arisan 2 hadir bertentangan dengan image yang diusung film Arisan yang
pertama, bahwa gay tak harus kemayu. Bagi penggemar Rio dewanto film ini akan menghadirkan
sisi lain Rio yang bahkan tak pernah anda bayangkan.
Nilai : 2 dari nilai max 5