Senin, 07 Januari 2013

The Hobbit; Sebuah Perjalanan Yang Meninabobokan

Poster ini mirip poster film 5 cm
Menjelang ulang tahunnya yang ke 111 tahun Bilbo baggins (Ian holm & Martin freeman) menuliskan semua perjalanan yang ia lakukan 60 tahun yang lalu untuk keponakannya Frodo (Elijah wood, cuma muncul sebentar saja). Sebuah perjalanan menuju “lonely mountain” (masa’ mau diterjemahkan "pegunungan kesepian" ?), untuk merebut kembali harta karun Bangsa Dwarf yang dikuasai oleh Smoug, seekor naga. Cerita ini yang jadi inti cerita trilogi The Hobbit sebagai frachise lanjutan trilogi Lord of the Rings. Film The Hobbit; An Uxpected Journey yang akan saya ceritakan ini merupakan seri awal trilogi tersebut.

Cucu raja Dwarf terakhir Thorin oakenshield  (Richard armitage) berupaya merebut kembali kerajaan & harta mereka dari Smaug. Dia membentuk “pasukan” yang terdiri dari Balin, Dwalin, Fíli, Kíli, Dori, Nori, Ori, Óin, Glóin, Bifur, Bofur and Bombur (jangan tanya beda masing-masing karakter saya sendiri tak tahu). Thorin dan gengnya ini meminta Gandalf (Ian Mc Kellen) untuk membantu mereka. Anehnya, Gandalf justru meminta Bilbo baggins untuk ikut rombongan mereka. Bilbo sebagai Hobbit, selain fisiknya kecil mereka tak suka berpetualang, sangat diragukan bisa mengikuti perjalanan penuh bahaya ke “lonely mountain”. Awalnya ide ini diragukan Thorin, tetapi, siapa yang bisa melawan kehendak si Penyihir Gandalf.

Lalu dimulai perjalanan dengan berjalan kaki melewati landscape New Zealand Midle earth yang keren. Obrolan 13 dwarf (yang tak bisa saya bedakan) selama perjalanan membuat saya jatuh tertidur. Entah karena memang ceritanya membosankan, atau saya memang kecapekan setelah perjalanan Lampung-Jakarta, plus saya menyaksikan The Hobbit pada jam 11 malam!.

Saya terbangun saat rombongan dwarf diserang makhluk bodoh (troll). Disaat tensi cerita sudah mulai naik, eh para troll itu kalah hanya dengan cahaya matahari. Pertarungan dengan Troll membawa mereka menemukan harta karun yang tak disangka. Mereka menemukan benda - benda yang selama ini dianggap keramat seperti pedang yang tak tajam (yang nanti akan dibawa Frodo di trilogi LOTR), dan.... *lupa, karena saya tertidur lagi saat adegan ini berlangsung. 

Bilbo & Gandalf in Shire
Saya terbangun lagi saat rombongan dwarf ini sedang dikejar orc yang menaiki serigala raksasa warg, Pelarian kelompok dwarf ternyata membawa mereka sampai di Rivendel. Scene di revendel ini benar-benar memuaskan rasa kangen saya terhadap tokoh-tokoh Lord of The rings, seperti Elrond (Hugo weaving), Saruman (Christopher lee), dan Galadriel (Cate blanchet). Sayangnya scene ini tak terlalu lama saat bangsa dwarf segera pergi dari puri para peri karena enggan mendengarkan "nasehat" bangsa peri. bangsa Dwarf menganggap Bangsa Peri sebagai  “pengkhianat”, karena mereka merasa ditinggalkan saat kerajaan mereka diserang Smaug.

Selepas kepergian mereka dari Rivendel, saya pun tertidur lagi …. Saya terbangun saat Bilbo berebut cincin dengan Gollum & para dwarf berupaya melarikan diri dari kejaran goblin. Hingga datanglah elang, menyelematkan mereka semua.

Saya senang mendengar hobbit akan di filmkan, terlebih Lord of the ring  masih ada di puncak film favorit saya sepanjang masa. Tetapi, saya jadi meragu saat mendengar bahwa novel dengan halaman sejumlah tiga ratusan ini akan dijadikan trilogy….. artinya satu film dengan durasi lebih dari 2 jam hanya akan memvisualisasikan 100 halaman novel?. Jadi jika di trilogi LOTR Peter Jackson sibuk memampatkan cerita agar cukup dengan durasi tayang, maka di trilogi The Hobbit, Dia akan sibuk memperpanjang cerita. Bayangan kegagalan twilight; breaking dawn sudah didepan mata, adegan macam apa yang akan dipanjangkan untuk mengisi durasi. (fyi, Breaking dawn memasukkan adegan sambutan dari keluarga/teman mempelai pria & wanita saat pernikahan Edward-Isabel, adegan bermain catur, memasak, tanggapan make up Isabel, dll demi memperpanjang durasi).

The hobbit masih punya detail gambar, sinematografi, visual effect, score, art, costume, dll yang mengagumkan. Saya masih jatuh cinta dengan keindahan Shire, keajaiban Rivendel, dan tentu saja keunikan Gollum. Mengenai perpanjangan durasi Peter Jackson punya ide lebih baik dari Twilight; Breaking Dawn, dengan memperpanjang banyak adegan pertarungan. Semua adegan pertarungan di film ini jadi tampak lebih epic (yang memang jadi semacam spesialisasi Peter jackson) dari yang digambarkan di novel. Sayangnya adegan pertarungan yang saya bilang epic itu tidak akan mempengaruhi cerita. Adegan pertarungan itu bisa saja hanya ditayangkan dengan durasi 1 menit atau bahkan dihilangkan sama sekali. Itulah sebabnya mengapa saya masih bisa mengikuti alur cerita The hobbit walau tertidur berulang kali. 
13 pasukan Dwarf
Walau saya katakan film ini jauh lebih baik dari Breaking down, tapi film ini juga jauh lebih buruk dari trilogi Lord of The ring. Bagian awal trilogy lord of the ring adalah bagian favorit saya. Peter Jackson sukses menggaet perhatian saya untuk selusin karakter di fellowship of the ring. Sayangnya dia tak menunjukkan kepiawaiannya itu saat mengenalkan karakter bangsa dwarf. Saya merasa tak dekat sama sekali dengan 13 dwarf utama disini. Jangankan saya, bahkan Gandalf pun perlu menghitung berulang kali jumlah dwarf rombongannya… padahal dia tak pernah melakukan itu saat memimpin ribuan tentara di film two towers atau return of the king (#MenurutNgana ?). Saya pun menyetujui bahwa film ini bagaikan kumpulan scene –scene Lord of the ring yang dibuang dalam proses editing.

Pertanyaan besar Film Return of the king, justru jadi lubang besar di film ini. Jika Gandalf bisa meminta tolong elang untuk menerbangkan mereka, sekaligus bisa menghancurkan bangsa Goblin, mengapa mereka harus susah-susah jalan kaki sejauh itu plus sembunyi-sembunyi dari kejaran goblin, orc, warg, troll, dll…. Apapun itu, saya tetap akan kembali ke bioskop untuk sekuel berikutnya di tahun 2013 & 2014.

Nilai : 3 dari nilai max 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar